Sabtu, 11 Agustus 2012
Jumat, 10 Agustus 2012
Jumlah Rakaat Shalat Tarwih
Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah berkata dalam kitab “Shalat At-Tarawih”:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Tidaklah Shalat Tarawih Lebih Dari Sebelas Raka’at.
Setelah kita menetapkan bahwa shalat tarawih dilakukan dengan berjama’ah berdasarkan persetujuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, perbuatannya dan dorongannya, maka kami menjelaskan berapa raka’atkah beliau shalat tarawih? Sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Aisyah dalam Ash-Shahihain berikut ini: “Tidaklah Rasulullah menambah (dalam shalat malamnya) pada Ramadhan atau selain Ramadhan lebih dari sebelas raka’at.”
Hadits Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Shalat Dua Puluh Raka’at Itu Lemah Sekali
Al-Hafizh berkata setelah mensyarah hadits di atas (4/205-206): “Adapun yang diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Adalah Rasulullah shalat (tarawaih) di bulan Ramadhan sebanyak dua puluh raka’at dan witir.” Adalah hadits yang lemah. Dia bertentangan dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha di atas yang diriwayatkan dalam Ash-Shahihain, bersamaan dengan ini ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah orang yang paling tahu kehidupan Rasul di malam hari.”
Dan Az-Zaila’iy dalam “Nashb Ar-Rayah” mengatakan lebih dahulu seperti yang dikataka Al-Hafizh.
Dan hadits Ibnu ‘Abbas ini lemah sekali sebagaimana dikatakan As-Suyuthy dalam “Al-Hawy lil Fatawa” (2/73). Tidaklah Diriwayatkan Dari Shahabat Bahwa Satu Dari Mereka Shalat Tarawih Dua Puluh Raka’at
Ada banyak riwayat menyebutkan bahwa ada beberapa shahabat yang shalat tarawih dua puluh raka’at, namun semuanya tidaklah benar penisbahannya kepada mereka. Dan diantara riwayat tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama: Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Dari jalan Abu Hasna’ “Bahwa ‘Ali memerintahkan seseorang untuk shalat bersama kaum muslimin pada bulan Ramadhan dua puluh raka’at.”. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam “Al-Mushannaf” (2/90/1) dan Al-Baihaqy (2/497).
Riwayat ini lemah, sebabnya adalah Abu Hasna’. Adz-Dzahaby berkata: “Dia tidak dikenal”, dan Al-Hafizh berkata: “Majhul”.
Kedua: Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu anhu
Yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (2/90/1) dengan sanad yang shahih sampai Abdul ‘Aziz bin Rafi’ berkata: “Adalah Ubay bin Ka’ab shalat bersama manusia pada bulan Ramadhan di Madinah sebanyak dua puluh raka’at dan witir tiga raka’at.”
Akan tetapi sanad ini terputus antara Abdul ‘Aziz dan Ubay.
Ketiga: Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Ibnu Nashr dalam “Qiyam Al-Lail” (91) dari Zaid bin Wahb: “Adalah Abdullah bin Mas’ud shalat bersama kami di bulan Ramadhan. Lalu berpaling dan atasnya malam hari.” Al-A’masy berkata: “Dia shalat dua puluh raka’at dan witir tiga raka’at.”
Al-Mubarakfury berkata dalam “At-Tuhfah” (2/75): “Ini juga terputus, karena Al’-A’masy tidak mendapati Ibnu Mas’ud.”
Bolehnya Shalat Lebih Sedikit Dari Sebelas Raka’at
Jika ada yang berkata: Jika kalian melarang dari menambah lebih dari sebelas raka’at, seharusnya kalian juga melarang dari mengurangi dari sebelas raka’at.
Maka jawabannya: Hal ini (pengurangan) telah diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari jalan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Bahwa beliau shalat malam dengan empat dan tiga raka’at witir, shalat enam raka’at dan tiga raka’at witir, dan sepuluh dengan tiga raka’at. Tidak witir kurang dari tujuh dan tidak lebih dari tiga belas.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1/214).
Tata Cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Menunaikan Shalat Tarawih
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat tarawih dengan beberapa cara. Dan diantaranya:
Pertama: Shalat 13 raka’at beliau mengawalinya dengan dua raka’at yang ringan. Telah diriwayatkan beberapa hadits dan diantaranya: Hadits Zaid bin Khalid Al-Juhany bahwa dia berkata; “… Lalu beliau shalat dua raka’at yang ringan, kemudian shalat dua raka’at yang panjang-panjang, kemudian shalat dua raka’at dan keduanya lebih ringan dari yang sebelumnya, kemudian shalat dua raka’at dan keduanya lebih ringan dari yang sebelumnya, kemudian shalat dua raka’at dan keduanya lebih ringan dari yang sebelumnya, kemudian witir dan itulah 13 raka’at.” Diriwayatkan oleh Muslim.
Kedua: Shalat 13 raka’at, melakukannya delapan raka’aat dan salam pada setiap dua raka’at kemudian witir dengan lima raka’at dan tidak tasyahud kecuali pada raka’at kelima. Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “.. Kemudan beliau shalat delapan raka’at, beliau tasyahud pada setiap dua raka’at dan salam. Kemudian beliau witir sebanyak lima raka’at tidak duduk tasyahud kecuali pada rakaa’at kelima dan tidak salam kecuali pada raka’at kelima.” Diriwayatkan oleh Ahmad dan sanadnya shahih.
Ketiga: Shalat 11 raka’at, kemudian salam pada setiap dua raka’at kemudian witir dengan satu raka’at. Hal ini teriwayatkan dalam hadits ‘Aisyah radhitallahu ‘anha: “Adalah beliau shalat… sebelas raka’at, dan salam pada setiap dua raka’at dan witir dengan satu raka’at…” Diriwayatkan oleh Muslim.
Keempat: Shalat 11 raka’at, melakukan salam pada raka’at keempat, lalu shalat dan salam pada raka’at keempat lalu witir tiga raka’at. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam Ash-Shahihain.
Inilah saduran ringkas mengenai shalat tarawih dari kitab “Shalat At-Tarawih” karya Asy-Syaikh Al-Albany. Penyaduran dilakukan disertai dengan peringkasan. Bagi yang ingin melihat secara luas lihat pada kitab tersebut yang setebal 132 halaman.
Sumber: thalibmakbar.wordpress.com
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Tidaklah Shalat Tarawih Lebih Dari Sebelas Raka’at.
Setelah kita menetapkan bahwa shalat tarawih dilakukan dengan berjama’ah berdasarkan persetujuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, perbuatannya dan dorongannya, maka kami menjelaskan berapa raka’atkah beliau shalat tarawih? Sebagaimana disebutkan dalam hadits ‘Aisyah dalam Ash-Shahihain berikut ini: “Tidaklah Rasulullah menambah (dalam shalat malamnya) pada Ramadhan atau selain Ramadhan lebih dari sebelas raka’at.”
Hadits Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Shalat Dua Puluh Raka’at Itu Lemah Sekali
Al-Hafizh berkata setelah mensyarah hadits di atas (4/205-206): “Adapun yang diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Adalah Rasulullah shalat (tarawaih) di bulan Ramadhan sebanyak dua puluh raka’at dan witir.” Adalah hadits yang lemah. Dia bertentangan dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha di atas yang diriwayatkan dalam Ash-Shahihain, bersamaan dengan ini ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah orang yang paling tahu kehidupan Rasul di malam hari.”
Dan Az-Zaila’iy dalam “Nashb Ar-Rayah” mengatakan lebih dahulu seperti yang dikataka Al-Hafizh.
Dan hadits Ibnu ‘Abbas ini lemah sekali sebagaimana dikatakan As-Suyuthy dalam “Al-Hawy lil Fatawa” (2/73). Tidaklah Diriwayatkan Dari Shahabat Bahwa Satu Dari Mereka Shalat Tarawih Dua Puluh Raka’at
Ada banyak riwayat menyebutkan bahwa ada beberapa shahabat yang shalat tarawih dua puluh raka’at, namun semuanya tidaklah benar penisbahannya kepada mereka. Dan diantara riwayat tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama: Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Dari jalan Abu Hasna’ “Bahwa ‘Ali memerintahkan seseorang untuk shalat bersama kaum muslimin pada bulan Ramadhan dua puluh raka’at.”. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam “Al-Mushannaf” (2/90/1) dan Al-Baihaqy (2/497).
Riwayat ini lemah, sebabnya adalah Abu Hasna’. Adz-Dzahaby berkata: “Dia tidak dikenal”, dan Al-Hafizh berkata: “Majhul”.
Kedua: Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu anhu
Yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (2/90/1) dengan sanad yang shahih sampai Abdul ‘Aziz bin Rafi’ berkata: “Adalah Ubay bin Ka’ab shalat bersama manusia pada bulan Ramadhan di Madinah sebanyak dua puluh raka’at dan witir tiga raka’at.”
Akan tetapi sanad ini terputus antara Abdul ‘Aziz dan Ubay.
Ketiga: Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
Diriwayatkan oleh Ibnu Nashr dalam “Qiyam Al-Lail” (91) dari Zaid bin Wahb: “Adalah Abdullah bin Mas’ud shalat bersama kami di bulan Ramadhan. Lalu berpaling dan atasnya malam hari.” Al-A’masy berkata: “Dia shalat dua puluh raka’at dan witir tiga raka’at.”
Al-Mubarakfury berkata dalam “At-Tuhfah” (2/75): “Ini juga terputus, karena Al’-A’masy tidak mendapati Ibnu Mas’ud.”
Bolehnya Shalat Lebih Sedikit Dari Sebelas Raka’at
Jika ada yang berkata: Jika kalian melarang dari menambah lebih dari sebelas raka’at, seharusnya kalian juga melarang dari mengurangi dari sebelas raka’at.
Maka jawabannya: Hal ini (pengurangan) telah diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari jalan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Bahwa beliau shalat malam dengan empat dan tiga raka’at witir, shalat enam raka’at dan tiga raka’at witir, dan sepuluh dengan tiga raka’at. Tidak witir kurang dari tujuh dan tidak lebih dari tiga belas.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1/214).
Tata Cara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Menunaikan Shalat Tarawih
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat tarawih dengan beberapa cara. Dan diantaranya:
Pertama: Shalat 13 raka’at beliau mengawalinya dengan dua raka’at yang ringan. Telah diriwayatkan beberapa hadits dan diantaranya: Hadits Zaid bin Khalid Al-Juhany bahwa dia berkata; “… Lalu beliau shalat dua raka’at yang ringan, kemudian shalat dua raka’at yang panjang-panjang, kemudian shalat dua raka’at dan keduanya lebih ringan dari yang sebelumnya, kemudian shalat dua raka’at dan keduanya lebih ringan dari yang sebelumnya, kemudian shalat dua raka’at dan keduanya lebih ringan dari yang sebelumnya, kemudian witir dan itulah 13 raka’at.” Diriwayatkan oleh Muslim.
Kedua: Shalat 13 raka’at, melakukannya delapan raka’aat dan salam pada setiap dua raka’at kemudian witir dengan lima raka’at dan tidak tasyahud kecuali pada raka’at kelima. Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “.. Kemudan beliau shalat delapan raka’at, beliau tasyahud pada setiap dua raka’at dan salam. Kemudian beliau witir sebanyak lima raka’at tidak duduk tasyahud kecuali pada rakaa’at kelima dan tidak salam kecuali pada raka’at kelima.” Diriwayatkan oleh Ahmad dan sanadnya shahih.
Ketiga: Shalat 11 raka’at, kemudian salam pada setiap dua raka’at kemudian witir dengan satu raka’at. Hal ini teriwayatkan dalam hadits ‘Aisyah radhitallahu ‘anha: “Adalah beliau shalat… sebelas raka’at, dan salam pada setiap dua raka’at dan witir dengan satu raka’at…” Diriwayatkan oleh Muslim.
Keempat: Shalat 11 raka’at, melakukan salam pada raka’at keempat, lalu shalat dan salam pada raka’at keempat lalu witir tiga raka’at. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam Ash-Shahihain.
Inilah saduran ringkas mengenai shalat tarawih dari kitab “Shalat At-Tarawih” karya Asy-Syaikh Al-Albany. Penyaduran dilakukan disertai dengan peringkasan. Bagi yang ingin melihat secara luas lihat pada kitab tersebut yang setebal 132 halaman.
Sumber: thalibmakbar.wordpress.com
Malang Tempo Doeloe, Mengingat Keklasikkan Malang
Beberapa waktu lalu tepatnya 27 Mei 2012, aku dan teman-teman pergi ke MTD. Waktu itu semua orang pada nggossip tentang MTD , di twitter juga sempet di tweet berkali-kali. Aku udah tahu MTD dari adekku yang sekolah di malang kalo MTD itu kependekan dari Malang Tempo Doeloe, pagelaran ala malang jaman kuno yang diadain setahun sekali, awalnya sih aku biasa-biasa aja, tapi gara-gara orang - orang pada heboh ngomongin MTD aku jadi pengen visit ke sana.
Lalu berangkatlah kita ber-enam menggunakan kereta api di jam 8.30 pagi dari stasiun Gubeng, Surabaya. 2 jam perjalanan akhirnya kita sampai di malang. Tadinya begitu turun kita mau beli tiket buat pulang ntar malemnya, tapi kita kehabisan tiket dan terpaksa harus nginep. dari stasiun Kota Baru kita cari makan, maklum dari pagi belum keisi.
Sambil nunggu MTDnya buka, kita wisata kuliner dulu. hihi. Kita nyobain es kopyor dan mie ayam ala malang. Ada yang pesen jus tape singkong juga. Menu lainnya ada gorengan, bakso dan mpek-mpek. Rasanya mak nyuss dan harganya itu lho, kantong mahasiswa banget, murah meriah, beda ama di Surabaya. :9
Habisnya sholat ashar, kita mandi n siap-siap ke MTD, temenku pada pake kostum, ada yang jadi gadis desa, muslim belanda sampe banci taman lawang. Hahahaha.
Sampe di MTDnya : Oh ternyata ini yang namanya MTD, mirip pasar malem di kampung halaman. Kita berlima mlongo, bukan kagum tapi kalo bahasa surabayanya, cegek. hahahaha. padahal kita sih mengharapkan display yang lebih dari itu. Bedanya di situ yang di jual adalah makanan khas malang tempo dan jajanan khas tempo dulu kayak arbanat, gulali, dan banyak lagi aku gak inget namanya. hehe
Gila, makin malem, makin rame, dan diantara desakan-desakan orang-orang untunglah kita sempet mengabadikan momen malam itu ;B
Lalu berangkatlah kita ber-enam menggunakan kereta api di jam 8.30 pagi dari stasiun Gubeng, Surabaya. 2 jam perjalanan akhirnya kita sampai di malang. Tadinya begitu turun kita mau beli tiket buat pulang ntar malemnya, tapi kita kehabisan tiket dan terpaksa harus nginep. dari stasiun Kota Baru kita cari makan, maklum dari pagi belum keisi.
Sambil nunggu MTDnya buka, kita wisata kuliner dulu. hihi. Kita nyobain es kopyor dan mie ayam ala malang. Ada yang pesen jus tape singkong juga. Menu lainnya ada gorengan, bakso dan mpek-mpek. Rasanya mak nyuss dan harganya itu lho, kantong mahasiswa banget, murah meriah, beda ama di Surabaya. :9
Habisnya sholat ashar, kita mandi n siap-siap ke MTD, temenku pada pake kostum, ada yang jadi gadis desa, muslim belanda sampe banci taman lawang. Hahahaha.
Sampe di MTDnya : Oh ternyata ini yang namanya MTD, mirip pasar malem di kampung halaman. Kita berlima mlongo, bukan kagum tapi kalo bahasa surabayanya, cegek. hahahaha. padahal kita sih mengharapkan display yang lebih dari itu. Bedanya di situ yang di jual adalah makanan khas malang tempo dan jajanan khas tempo dulu kayak arbanat, gulali, dan banyak lagi aku gak inget namanya. hehe
Gila, makin malem, makin rame, dan diantara desakan-desakan orang-orang untunglah kita sempet mengabadikan momen malam itu ;B
Minggu, 05 Agustus 2012
Hikmah Dibalik Kebiasaan Nadi Muhammad saw
Dr Jamnul Azhar memulai Penjelasannya dengan membawa para hadirin memikirkan sejenak dengan hadith yang maknanya sedikit sebanyak “Dalam diri-diri kamu ada tanda-tanda kebesaran Tuhan “. Dokter menyuruh kita melihat kedua telapak tangan dan perhatikan garis-garis di telapak tangan kita.Garisan-garis di tangan kiri menunjukkan angka 8 dan 1 dalam Bahasa Arab dan tangan kanan 1 dan 8 dan membawa ke jumlah 81 + 18 = 99 yaitu jumlah nama Allah. Berikut adalah antara intisari syarahannya secara singkat:
1. Cara makan, kenapa kita gunakan tangan?
Berdasarkan cara Rasulullah s.a.w, ia akan mencampuradukkan lauk dan nasi dengan tangan kanannya dan kemudian membiarkan sebentar, lalu Rasullah saw akan mengambil sedikit garam menggunakan jari kecilnya, lalu Rasullah saw akan menghisap garam itu. Kemudian barulah Rasulullah makan nasi dan lauknya.
Mengapa? Karena kedua belah tangan kita ada mengeluarkan 3 macam enzim, tetapi konsentrasi di tangan kanan kurang sedikit dari yg kiri. Ini adalah karena enzim yg ada di tangan kanan itu merupakan enzim yang dapat membantu proses pencernaan (digestion), ia merupakan the first process of digestion.Mengapa menghisap garam? Karena garam adalah sumber mineral dari tanah yg diperlukan oleh badan kita.
Dua cecah garam dari jari kita itu adalah sama dgn satu liter air mineral. Kita berasal dari tanah maka sewajarnya bahan yang asal dari bumi (tanah)
inilah yg paling berkhasiat untuk kita.
Kenapa garam? Selain dari sebab ia adalah sumber mineral, garam juga adalah penawar yang paling mujarab untuk keracunan, menurut Dr, dihospital-hospital, the first line of treatment for poisoning adalah dengan memberi Sodium Chloride, yaitu GARAM.
2. Cara Rasulullah mengunyah
- Rasulullah akan mengunyah sebanyak 40 kali untuk membiarkan makanan itu benar-benar lumat agar perut kita mudah memproseskan makanan
itu.
3. Membaca Basmalah
- Membaca Basmalah sebelum makan di harapan Alloh menjauhkan dari bahayanya penyakit yang terkandung pada makanan.
4. Cara Rasulullah minum.
-Janganlah kita minum berdiri walaupun ia makruh tetapi ia makruh yang menghampiri ke haram. Jangan kita minum dari gelas yg besar dan jangan bernafas sedang kita minum. Karena bila kita minum dari gelas yg besar, lumrahnya kita akan meneguk air dan dalam proses minum itu, kita tentu akan bernafas dan menghembuskan nafas dari hidung kita. Karena bila kita hembus, kita akan mengeluarkan CO2 yaitu karbon dioksida, yang apabila bercampur dgn air H20, akan menjadi H2CO3, yaitu sama dengan cuka, menyebabkan minuman itu menjadi acidic. Jangan meniup air yg panas, sebabnya sama diatas.
Cara minum, seteguk bernafas, seteguk bernafas sehingga habis.
Mengapa Islam menyuruh di cambuk 100 kali orang belum menikah yang berzina, dan merajam sehingga mati org yg sudah menikah yang berzina?
Badan manusia akan mengeluarkan sel-sel darah putih atau antibiotik yg dapat melawan penyakit. Dan sel-sel ini terdapat di daerah tulang belakang,
dekat dengan sumsum tulang manusia.Lelaki yang belum menikah dia akan dapat mengeluarkan ribuan sel ini, sedangkan pria yang sudah menikah hanya dapat menghasilkan 10 unit sel ini sehari, karena antara sebabnya adalah karena sel-sel lain akan hilang karena hubungan suami istri. Jadi bila
pria yang belum menikah tersedia salah karena zina hendaklah dicambuk 100 kali. Ini adalah karena apabila dia dicambuk di belakangnya, suatu peringatan tentang kesakitan itu akan membuat penghasilan beribu sel antibiotik yang dapat melawan virus HIV jika ia ada di badannya, dengan itu dapatlah antibodi melawan virus HIV itu. Tetapi jika lelaki itu sudah menikah, walaupun dicambuk 100 kali ia akan tetap menghasilkan 10 unit antibodi saja, jadi dengan itu hukumannya dirajam hingga mati agar dia tidak dapat merebakkan virus HIV itu.
Itulah sedikit sebanyak inti ceramah yg disampaikan oleh Dr Jamnul Azhar. Mohon ia akan memberi manfaat pada Anda sekalian
sumber:( http://muisto.blogspot.com )
Hearty Paws (Korean Movie)
Gilaaaaa, ini filmnya mengharukan bangeeeet >..<
Padahal aku orangnya jarang terharu kalo nonton film, tapi pas nonton film ini aku nangis. Salut banget sama actingnya si anjingnya terus juga sama Chan yang suka berkorban demi adek ceweknya, Seo Hee. Rugi deh kalo gak nonton.
Genre : Drama family
Release Date: 26 October 2006
Cast : Yoo Seung Ho (as Chan) , Kim Hyang Gi ( as Seo Hee) , Da Ri ( as the dog/maeumi )
Syno:psis:
Di pagi pagi buta, dimana jalan masih gelap dan berkabut anak berumur 11 th bernama Chan mengendap-endap di sebuah rumah, kemudian kabur sambil membawa anak anjing. Ternyata anak anjing itu adalah hadiah ulang tahun untuk adiknya Seo Hee, kemudian Seo Hee menamakannya Maeumi. Karena sebelumnya Chan hanya hidup berdua dengan adiknya, maka anggota keluarga mereka bertambah satu, yaitu Maeumi. Mereka hidup bahagia hingga suatu hari hal yang tak diinginkan terjadi, yang membuat Seo Hee mati. Chan menimpakan semua kesalahan kepada maeumi dan kemudian meninggalkan maeumi dan perrgi ke kota untuk mencari ibu kandungnya. Tapi ternyata Maeumi sangat menyayangi Chan dan ia mengikuti majikannya itu sampai ke kota dengan berlari mengikuti jalur kereta, hingga akhirnya bertemu dengan Chan. Ketika itu chan berhasil bertemu dengan ibunya, tapi ibunya akan meninggalkan korea dan pergi ke Amerika bersama kekasih barunya. lalu chan menjadi gelandangan di kota itu, bersama maeumi yang setia. Hingga maemi tak sanggup lagi dan kisah selanjutnya tonton sendiri yaaa :)
Cast:
Yoo Seung Hoo as Chan |
Kim Hyang Gi as Seo Hee |
Da Ri as maeumi |
Langganan:
Postingan (Atom)